Perenjak, Kicaunya Kian Tak Terdengar
Burung-Prenjak
Tengok saja, disamping
menyisakan permasalahan social seperti banjir ketika musim hujan, kini
sudah jarang terdengar kicauan burung-burung kecil,yang menghuni
pepohonan di sekitar lingkungan kita.
Usai rontoknya episode
burung kenari, kutilang, terocok, lantas pembangunan juga membunuh
Burung Perenjak, Cabe-cabe-an, Pipit, dan sebagainya.
Belum lagi diperparah dengan perburuan yang kerap dilakukan terhadap burung yang hidup dilingkungan yang tak jauh dari kita.
Misalnya, Burung
Perenjak, di pasaran jumlah yang diburu baik dari pulau Jawa, Sumatera
dan Kalimantan, jumlahnya semakin meningkat. Dengan harga tak sampai Rp
30.000/ekor, burung ini sudah bisa dimiliki dan dipelihara di dalam
sangkar, meski lebih banyak tidak bunyinya, dibanding ketika mereka
berada di pepohonan.
Belum lagi, Burung yang
oleh sebagian kalangan dikatakan sebagai “Burung Sampah” ini, karena
kerap dijumpai di taman-taman kota, pekarangan atau lingkungan
perumahan, masuk kategori burung yang cepat stress jika tidak hidup di
habitat aslinya, pepohonan sekitar kita. Oleh karenanya, ketika
dipelihara burung ini akan lebih banyak matinya ketimbang hidup.
Tingkat stress
masyarakat ibu kota, yang berkontribusi pada penyakit fisik oleh karena
perjuangan hidup, beban keluarga, sampai kebutuhan rekreasi semakin
sulit dicarikan solusinya lewat cara alami dan murah akhir-akhir ini.
Padahal memenuhinya pun
tidak terlampau sulit. Cukup sejenak bersantai di taman-taman kota,
mendengar kicau burung-burung ini di dahan, atau mendengar deru air
sungai yang mengalir, maka tubuh akan kembali terasa segar.
Semuanya masih sebatas
mimpi memang, hingga detik ini, memiliki banyak lingkungan hijau
perkotaan, yang menjadi rumah bagi kawanan burung dengan kicauan khasnya
ini, kecuali memang ada keinginan nyata, membangun sarana perumahan
berkonsep vertical, tanpa membabat pepohonan, lingkungan hijau, hingga
pemenuhan mimpi, 40 % lahan hijau di perkotaan.
Perenjak adalah nama
segolongan burung kecil yang lincah dan banyak berkicau di sekitar kita.
Burung ini kerap terdengar siulannya dulu. Dahulu, kelompok burung ini
dimasukkan ke dalam satu suku (familia) yakni Sylviidae, namun
belakangan ini –menurut Wikipedia ” “Taksonomi Sibley-Ahlquist
(halaman belum tersedia)”taksonomi Sibley-Ahlquist yang berdasarkan
analisis DNA suku tersebut dipecah kekerabatannya menjadi Sylviidae
(part) dan Cisticolidae.
Perenjak disebut dengan
nama-nama umum di berbagai daerah, seperti prenjak (Jawa), ciblek
(Jawa.), cinenen (Sunda), cici atau kecici (Betawi), murai (Melayu), dan
lain-lain. Sarang Prenjak
Burung ini umumnya
berukuran kecil, ramping dan berekor panjang. Panjang tubuh, diukur dari
ujung paruh hingga ujung ekor, kebanyakan antara 10-15 cm; meski ada
pula yang lebih dari 25 cm. Kebanyakan berwarna kekuningan, hijau
zaitun, atau kecoklatan di punggung, dengan warna keputihan atau
kekuningan di perut.
Bersuara nyaring dan
resik, perenjak seringkali berbunyi tiba-tiba (seperti menembak) dan
berisik. Beberapa jenis burung ini terkadang berbunyi keras, menandai
kehadirannya, sambil bertengger pada ujung tonggak, ujung ranting,
tiang, kawat listrik atau tempat-tempat menonjol lainnya.
Mendengarkan kicauan burung ini,
diantara sela dedaunan di kebisingan Ibu kota bisa jadi obat yang
mujarab menurunkan tensi stress jika melanda. Meski kini kicau perenjak
semakin sulit terdengar.
Burung perenjak
menyukai tempat-tempat terbuka, seperti wilayah semak belukar, padang
ilalang, kebun, pekarangan, tepi sawah dan rawa, tepi hutandan
lain-lain.
Mereka mencari
makanannya berupa ulat, belalang, capung dan aneka serangga kecil
lainnya, yang tersembunyi di antara dedaunan dan ranting semak atau
pohon. Perenjak sering dijumpai berpasangan, atau dengan anak-anaknya
yang beranjak dewasa.
Jenis-jenis perenjak
sering bersarang di rumpun ilalang, semak belukar atau kerimbunan daun
perdu. Terkadang sarang ini ‘dititipi’ telur burung wikwik kelabu
(Cacomantis merulinus) dan sebangsanya yang bersifat parasit.
Beberapa contoh jenis perenjak yang sering teramati di sekitar kita adalah:
Suku Cisticolidae
Perenjak jawa (Prinia familiaris)
Cici padi (Cisticola juncidis)
Suku Sylviidae
Cinenen pisang (Orthotomus sutorius)
Cinenen kelabu (O. ruficeps)
Cica kored (Megalurus palustris)
mari kita perbanyak tanaman /pohon-pohonan di sekitar rumah kita, supaya rindang maka burung pun akan datang, dan itu merupakan bagian dari budidaya burung-burung lokal yang ada di sekitar kita
BalasHapus